Rabu, 30 September 2009

Bangkok Climate Change Talks 2009 Bangkok Thailand

Bangkok Climate Change Talks 2009Bangkok, Thailand
JPKP BUTON adalah salah satu anggota KIARA atau Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan yang merupakan jaringan di tingkat nasional dan berkedudukan di Jakarta, sejak tanggal 28 September 2009 - 5 Oktober 2005, kawan - kawan KIARA dan beberapa LSM Indonesia ikut dalam pertemuan Bangkok Climate Change Talks 2009Bangkok, Thailand
Berikut ini, beberapa informasi penting yang perlu juga disebarluaskan oleh kita yang di ambil oleh administrator Blog JPKP BUTON melalui milis jaya bahari groups. grup google, yang di kirimkan oleh Kawan GIORGIO BUDI INDRARTO dan Kawan HALIM langsung dari Bangkok, Thailand.

Kawan-kawan yang budiman,
Hari pertama di Bangkok ditemani suasana mendung yang lumayan membuat mata malas terbuka. Ok langsung ke substansi, hari ini Saya, Teguh, dan Steny mengikuti pertemuan Accra caucus. Karena saya mewakili CSF yang diundang untuk bergabung bersama Accra Caucus. Kaukus tersebut merupakan suatu kelompok NGO yang terdiri dari NGO negara berkembang yang memfokuskan pada isu REDD. Pada pertemuan ini forum ini mulai dengan membicarakan Up-date dari hasil negosiasi untuk REDD dari pertemuan Bonn 3 yang lalu. Banyak isu yang berkembang dan menambah panjang daftar perdebatan. Isu mengenai REDD, REDD +, REDD ++, sampai REDD+++ mengemuka dalam putaran negosiasi di Bonn beberapa waktu yang lalu.
Untuk Pertemuan bangkok, maka pembicaraan tentang REDD akan mulai membahas mengenai teks negosiasi (khusus REDD) yang sudah di "peras" oleh suatu tim yang berada di bawah AWG LCA. Tim ini memang bertugas untuk meringkas text AWG LCA (terkait REDD) kedalam teks yang lebih "bersahabat" (dari sisi kuantitas bukan kualitas/ substansi dari teks, kualitasnya tetap saja perlu diwaspadai). Forum ini selain melakukan Up-date mengenai kondisi terkini, maka juga melakukan pembahasan dari teks atas REDD dan juga key messages yang akan menjadi prinsip dasar dari accra kaukus.
Dari pembahasan teks, ternyata terdapat beberapa hal yang perlu untuk diwaspadai, khususnya dari sisi hak masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Selain itu dalam teks negosiasi, istilah REDD sudah ditambahkan "REDD plus" dan penambahan tersebut tanpa bracket (kurung). Yang mungkin kawan-kawan pasti mengetahui bahwa artinya ketika teks tidak berada dalam bracket, maka teks tersebut bukan menjadi pilihan (tidak menjadi perdebatan) atau dengan kata lain negara para pihak sudah menerimanya secara tidak langsung. Namun hal ini juga masih diragukan, karena memang diketahui beberapa negara masih mendiskusikan mengenai REDD plus ini.
Mengenai beberapa pesan kunci yang akan menjadi pegangan dari accra caucus dalam melihat REDD maka dibagi tim kecil untuk secara spesifik membicarakan hal ini. Tim Indonesia juga akan terlibat dalam tim ini yang akan di pimpin langsung oleh bapak Bernardinus Steny sebagai salah satu fasilitator dari tim kecil.
Karena saya berada di luar compound, Halim menuliskan laporannya atas pertemuan hari ini yang bergulir di dalam UN Compound. berikut ini adalah laporan dari saudara Halim

Bangkok Climate Change Talks 2009Bangkok, Thailand28 September 2009
High Level Opening Ceremony
List of Speakers :
Mr. Yvo de Boer, Executive Secretary UNFCCC
Ms. Noeleen Heyzer, Under-Secretary-General andExecutive Secretary, UNESCAP
Mr. Suwit Khunkitti, Minister of Natural Resources and Environment of Thailand
H.E. Ms. Connie Hedegaard,Minister of Climate and Energy of Denmark
H.E. Mr. Abhisit Vejjajiva, Prime Minister of the Kingdom of Thailand
Minutes of Opening Ceremony
Saat konferensi pers di Bangkok, Sekretaris Eksekutif Yvo de Boer menjelaskan bahwa kinerja Tim Ad hoc Working Group on Long-Term Cooperative Action under the Convention, dan Working Group on further Commitments for Annex I Parties under the Kyoto Protocol adalah bagaimana kedua proses yang akan dijalani nanti mampu merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai di masa mendatang.
Kerja-kerja ini mencakup “upaya mendefinisikan besarnya ambisi negara-negara industri untuk merealisasikan komitmennya dalam menurunkan emisi sebagaimana halnya negara-negara berkembang dapat mengambil langkah konkret, terukur, dan pendanaan yang dapat dipastikan. Hal ini juga difokuskan pada bagaimana indikator-indikator adaptasi dapat diukur di masa mendatang,” sebut Boer.
Tahapan aksi ke depan adalah mencapai sebuah kesepakatan menyangkut perubahan iklim dalam Konferensi Perubahan Iklim di bawah PBB di Kopenhagen, Desember 2009 nanti. Sebab, tambah Boer, saat itulah akan coba disepakati pakta kesepahaman internasional yang baru dalam sejarah umat manusia pasca Protokol Kyoto. Kita berharap seluruh proses yang akan terjadi mengarah ke sana.
Menyinggung soal target reduksi emisi, Boer mengatakan bahwa itulah tantangan menariknya. Sebab, dalam forum itu akan coba disepakati perjanjian baru pasca Protokol Kyoto di tahun 2012. Pertanyaan menarik lainnya adalah bagaimana negara-negara maju konsisten menurunkan emisi GRK mereka hingga tahun 2020. Meski demikian, Boer menggarisbawahi bahwa dalam Bangkok Climate Change Talks 2009 ini para delegasi tidak akan mendiskusikan soal target reduksi emisi.
Pembicaraan mengenai hal itu akan dilakukan pada perundingan berikutnya. Sebetulnya, negara-negara kaya amat ingin mengetahui target reduksi emisi yang akan disepakati sebelum mereka berkomitmen dalam angka-angka tertentu. Karena itulah, mengapa tim Working Group on further Commitments for Annex I Parties under the Kyoto Protocol menginisiasi perangkat-perangkat ilmiah untuk mencapai target reduksi emisi, baik di tingkat nasional, regional maupun kerjasama internasional.
Opening of the Session AWG-LCA
Agenda
Enabling the full, effective and sustained implementation of the Convention through long-term cooperative action now, up to and beyond 20121.A shared vision for long-term cooperative action2.Enhanced national/international action on mitigation of climate change 3.Enhanced action on adaptation 4.Enhanced action on technology development and transfer to support action on mitigation and adaptation 5.Enhanced action on the provision of financial resources and investment to support action on mitigation and adaptation and technology cooperationDalam pembukaan pertemuan AWG-LCA ini, Koordinator negosiasi teks AWG-LCA membacakan seluruh usulan dari pelbagai negara. Dokumen bisa diperoleh melalui http://unfccc.int/documentation/documents/advanced_search/items/3594.php?rec=j&priref=600005448#beg
Dari uraian Koordinator negosiasi, beberapa pihak menyampaikan pandangannya terkait dengan pelbagai usulan yang ada. Pertama, delegasi Sudan menyatakan bahwa apa yang diusulkan oleh G-77 dan Cina terkait perubahan iklim adalah hal yang paling konkret untuk disepakati dalam pertemuan ini. Senada dengan Sudan, delegasi Algeria juga mengatakan hal yang sama. Selepas itu, menarik mendengar pandangan delegasi Bangladesh yang mewakili Aliansi Negara Pulau-Pulau Kecil. Dalam pandangannya, disampaikan bahwa negara-negara yang notabene hidup di pulau-pulau kecil memiliki kerentanan yang amat besar. Olehnya, dibutuhkan kesediaan para pihak, khususnya negara-negara maju untuk konsisten menurunkan emisinya. Hal lain yang juga menarik adalah saat Bangladesh menyinggung ambisi Jepang dalam menurunkan emisinya hingga 11-18% dalam waktu dekat.

Dikirim oleh : Giorgio Budi Indrarto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar